Recent Tube

  • Pedoman Akreditasi

    Akreditasi Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Non Formal Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

  • Alat Peraga Edukatif

    Akreditasi Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Non Formal Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

  • Alat Peraga Edukatif Literasi

    Akreditasi Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Non Formal Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

  • Alat Peraga Edukatif Logika

    Akreditasi Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Non Formal Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

  • Alat Peraga Edukatif Saintek

    Akreditasi Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Non Formal Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

JUKNIS DANA BOS SD, SMP, SMA & Sederajat Lainya Tahun 2019-2020


Guna meningkatan pelayanan & penyelenggaraan pendidikan ditingkat nasional sesuai dengan Permendikbud No 1 Tahun 2018 Tentang Petunjuk Teknis Dana Bantuan Oprasional Sekolah (BOS). Berikut sebagian dari ini JUKNIS BOS penulis rangkum.


A. Tujuan Dana BOS
1. SD/SDLB/SMP/SMPLB untuk:
a. membantu penyediaan pendanaan biaya operasi non personil sekolah, akan tetapi masih ada beberapa pembiayaan personil yang masih dapat dibayarkan dari dana BOS;
b. membebaskan pungutan biaya operasi sekolah bagi peserta didik SD/SDLB/SMP/SMPLB yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat atau pemerintah daerah;
c. meringankan beban biaya operasi sekolah bagi peserta didik SD/SDLB/SMP/SMPLB yang diselenggarakan oleh masyarakat; dan/atau
d. membebaskan pungutan peserta didik yang orangtua/walinya tidak mampu pada SD/SDLB/SMP/SMPLB yang diselenggarakan oleh masyarakat.
2. SMA/SMALB/SMK untuk:
a. membantu penyediaan pendanaan biaya operasi non personil sekolah, akan tetapi masih ada beberapa pembiayaan personil yang masih dapat dibayarkan dari dana BOS;
b. meningkatkan angka partisipasi kasar;
c. mengurangi angka putus sekolah;
d. mewujudkan keberpihakan Pemerintah Pusat (affimative action) bagi peserta didik yang orangtua/walinya tidak
B. Sasaran
1. SD/SDLB/SMP/SMPLB, SMA/SMALB/SMK, dan SLB yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat di bawah pengelolaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pemerintah daerah, atau masyarakat yang telah terdata dalam Dapodik; dan
2. SD/SDLB/SMP/SMPLB, SMA/SMALB/SMK, dan SLB yang memenuhi syarat sebagai penerima BOS berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

SD/SDLB/SMP/SMPLB, SMA/SMALB/SMK, dan SLB yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat atau pemerintah daerah wajib menerima BOS yang telah dialokasikan.
SD/SDLB/SMP/SMPLB, SMA/SMALB/SMK, dan SLB yang diselenggarakan oleh masyarakat dapat menolak BOS yang telah dialokasikan setelah memperoleh persetujuan orang tua peserta didik melalui Komite Sekolah dan tetap menjamin kelangsungan pendidikan peserta didik yang orangtua/walinya tidak mampu di SD/SDLB/SMP/SMPLB, SMA/SMALB/SMK, dan SLB yang bersangkutan.
C. Satuan Biaya

BOS yang diterima oleh SD/SDLB/SMP/SMPLB, SMA/SMALB/SMK, dan SLB dihitung berdasarkan jumlah peserta didik pada sekolah yang bersangkutan, dengan besar satuan biaya sebagai berikut:
1. SD sebesar Rp800.000,00 (delapan ratus ribu rupiah) per 1 (satu) peserta didik per 1 (satu) tahun;
2. SMP sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per 1 (satu) peserta didik per 1 (satu) tahun;
3. SMA dan SMK sebesar Rp1.400.000,00 (satu juta empat ratus ribu rupiah) per 1 (satu) peserta didik per 1 (satu) tahun;
4. SDLB/SMPLB/SMALB/SLB sebesar Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah) per 1 (satu peserta didik per 1 (satu) tahun.

D. Waktu Penyaluran
Penyaluran BOS dilakukan setiap triwulan, yaitu Januari-Maret, April-Juni, Juli-September, dan Oktober-Desember.
Bagi wilayah yang secara geografis sangat sulit dijangkau sehingga proses pengambilan BOS mengalami hambatan atau memerlukan biaya pengambilan yang mahal, maka atas usulan pemerintah daerah dan persetujuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk penyaluran BOS dilakukan setiap semester, yaitu Januari-Juni dan Juli-Desember.
E. Pengelolaan BOS Menggunakan Manajemen Berbasis Sekolah

BOS dikelola oleh SD/SDLB/SMP/SMPLB, SMA/SMALB/SMK, dan SLB dengan menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), yang memberikan kebebasan dalam perencanaan, pengelolaan, dan pengawasan program yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan sekolah. Penggunaan BOS hanya untuk kepentingan peningkatan layanan pendidikan dan tidak ada intervensi atau pemotongan dari pihak manapun. Pengelolaan BOS mengikutsertakan Dewan Guru dan Komite Sekolah. Pengelolaan BOS dengan menggunakan MBS wajib melaksanakan ketentuan sebagai berikut:
1. mengelola dana secara profesional dengan menerapkan prinsip efisien, efektif, akuntabel, dan transparan;
2. melakukan evaluasi setiap tahun; dan
3. menyusun Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM), Rencana Kerja Tahunan (RKT), dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS), dengan ketentuan:
a. RKJM disusun setiap 4 (empat) tahun;
b. RKJM, RKT, dan RKAS disusun berdasarkan hasil evaluasi diri sekolah;
c. RKAS memuat penerimaan dan perencanaan penggunaan BOS; dan
d. RKJM, RKT, dan RKAS harus disetujui dalam rapat Dewan Guru setelah memperhatikan pertimbangan Komite Sekolah dan disahkan oleh dinas pendidikan provinsi/kabupaten/ kota sesuai dengan kewenangannya.











BAB IV PENYALURAN DANA
Penyaluran BOS dari RKUN ke RKUD
BOS disalurkan dari RKUN ke RKUD setiap triwulan pada waktu yang ditentukan sesuai peraturan perundang-undangan. Adapun BOS untuk wilayah yang secara geografis sangat sulit (wilayah terpencil) disalurkan dari RKUN ke RKUD setiap semester pada waktu yang ditentukan.
Proporsi penyaluran dana tiap triwulan/semester dari RKUN ke RKUD diatur dengan ketentuan persentase sebagai berikut.
a. Penyaluran tiap triwulan
1) Triwulan I sebesar 20% (dua puluh persen) dari alokasi satu tahun;
2) Triwulan II sebesar 40% (empat puluh persen) dari alokasi satu tahun;
3) Triwulan III sebesar 20% (dua puluh persen) dari alokasi satu tahun; dan
4) Triwulan IV sebesar 20% (dua puluh persen) dari alokasi satu tahun.
b. Penyaluran tiap semester
1) Semester I sebesar 60% (enam puluh persen) dari alokasi satu tahun; dan
2) Semester II sebesar 40% (empat puluh persen) dari alokasi satu tahun.
2. Penyaluran BOS ke Sekolah Bendahara Umum Daerah (BUD) harus menyalurkan BOS secara langsung ke rekening sekolah sesuai dengan ketetentuan peraturan perundang-undangan.
Proporsi penyaluran dana tiap triwulan atau semester dari RKUD ke rekening sekolah disesuaikan dengan persentase penyaluran BOS dari RKUN ke RKUD yaitu.
a. Penyaluran Tiap Triwulan
1) Bukan Sekolah Penerima Alokasi Minimal
a) Triwulan I, III, dan IV ( masing-masing triwulan 20% {dua puluh persen} dari alokasi satu tahun)
(1) SD BOS sebesar jumlah peserta didik dikalikan Rp160.000,00 (seratus enam puluh ribu rupiah).
(2) SMP/Sekolah Terintegrasi/SMP Satap BOS sebesar jumlah peserta didik dikalikan Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah).
(3) SMA/Sekolah Terintegrasi/SMA Satap BOS sebesar jumlah peserta didik dikalikan Rp 280.000,00 (dua ratus delapan puluh ribu rupiah).
(4) SMK BOS sebesar jumlah peserta didik dikalikan Rp 280.000,00 (dua ratus delapan puluh ribu rupiah).
(5) SDLB/SMPLB/SMALB/SLB BOS sebesar jumlah peserta didik dikalikan Rp400.000,00 (empat ratus ribu rupiah).
b) Triwulan II (40% {empat puluh persen} dari alokasi satu tahun)
(1) SD BOS sebesar jumlah peserta didik dikalikan Rp320.000,00 (tiga ratus dua puluh ribu rupiah).
(2) SMP/Sekolah Terintegrasi/SMP Satap BOS sebesar jumlah peserta didik dikalikan Rp400.000,00 (empat ratus ribu rupiah).
(3) SMA/Sekolah Terintegrasi/SMA Satap BOS sebesar jumlah peserta didik dikalikan Rp560.000,00 (lima ratus enam puluh ribu rupiah). -38-
(4) SMK BOS sebesar jumlah peserta didik dikalikan Rp560.000,00 (lima ratus enam puluh ribu rupiah).
(5) SDLB/SMPLB/SMALB/SLB
BOS sebesar jumlah peserta didik dikalikan Rp800.000,00 (delapan ratus ribu rupiah).
2) Sekolah penerima alokasi minimal
a) Triwulan I, III, dan IV (20% {dua puluh persen} dari alokasi satu tahun)
(1) SD
BOS sebesar 60 (enam puluh) dikalikan Rp160.000,00 (seratus enam puluh ribu rupiah)
(2) SMP/Sekolah Terintegrasi/SMP Satap

BOS sebesar 60 (enam puluh) dikalikan Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah).
(3) SDLB/SMPLB/SMALB/SLB
BOS sebesar 60 (enam puluh) dikalikan Rp400.000,00 (empat ratus ribu rupiah)
b) Triwulan II (40% {empat puluh persen} dari alokasi satu tahun)
(1) SD
BOS sebesar 60 (enam puluh) dikalikan Rp320.000,00 (tiga ratus dua puluh ribu rupiah).
(2) SMP/Sekolah Terintegrasi/SMP Satap
BOS sebesar 60 (enam puluh) dikalikan Rp400.000,00 (empat ratus ribu rupiah).
(3) SDLB/SMPLB/SMALB/SLB
BOS sebesar 60 (enam puluh) dikalikan Rp800.000,00 (delapan ratus ribu rupiah).
Tim BOS Provinsi dan Tim BOS Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya harus memastikan bahwa sekolah mencadangkan separuh dari BOS triwulan II (20% {dua puluh -39-
persen} dari alokasi satu tahun) di rekening sekolah untuk pembayaran buku teks utama yang harus dibeli sekolah. BOS yang dicadangkan ini baru boleh dicairkan apabila sekolah akan membayar pesanan buku teks utama yang diperlukan, atau sudah memenuhi kewajiban menyediakan buku.
b. Penyaluran tiap semester
1) Bukan sekolah penerima alokasi minimal
a) Semester I (60% {enam puluh persen} dari alokasi satu tahun)
(1) SD
BOS sebesar jumlah peserta didik dikalikan Rp480.000,00 (empat ratus delapan puluh ribu rupiah).
(2) SMP/Sekolah Terintegrasi/SMP Satap
BOS sebesar jumlah peserta didik dikalikan Rp600.000,00 (enam ratus ribu rupiah).
(3) SMA/SMA Sekolah Terintegrasi/SMA Satap
BOS sebesar jumlah peserta didik dikalikan Rp840.000,00 (delapan ratus empat puluh ribu rupiah).
(4) SMK
BOS sebesar jumlah peserta didik dikalikan Rp840.000,00 (delapan ratus empat puluh ribu rupiah).
(5) SDLB/SMPLB/SMALB/SLB
BOS sebesar jumlah peserta didik dikalikan Rp1.200.000,00 (satu juta dua ratus ribu rupiah).
b) Semester II (40% {empat puluh persen} dari alokasi satu tahun)
(1) SD
BOS sebesar jumlah peserta didik dikalikan Rp320.000,00 (tiga ratus dua puluh ribu rupiah).
(2) SMP/Sekolah Terintegrasi/SMP Satap
BOS sebesar jumlah peserta didik dikalikan Rp400.000,00 (empat ratus ribu rupiah)
(3) SMA/SMA Sekolah Terintegrasi/SMA Satap

BOS sebesar jumlah peserta didik dikalikan Rp560.000,00 (lima ratus enam puluh ribu rupiah).
(4) SMK

BOS sebesar jumlah peserta didik dikalikan Rp560.000,00 (lima ratus enam puluh ribu rupiah).
(5) SDLB/SMPLB/SMALB/SLB

BOS sebesar jumlah peserta didik dikalikan Rp800.000,00 (delapan ratus ribu rupiah).
2) Sekolah penerima alokasi minimal
a) Semester I (60% {enam puluh persen} dari alokasi satu tahun)
(1) SD

BOS sebesar 60 (enam puluh) dikalikan Rp480.000,00 (empat ratus delapan puluh ribu rupiah).
(2) SMP/Sekolah Terintegrasi/SMP Satap

BOS sebesar 60 (enam puluh) dikalikan Rp600.000,00 (enam ratus ribu rupiah).
(3) SDLB/SMPLB/SMALB/SLB

BOS sebesar jumlah peserta didik dikalikan Rp1.200.000,00 (satu juta dua ratus ribu rupiah).
b) Semester II (40% {empat puluh persen} dari alokasi satu tahun)
(1) SD

BOS sebesar 60 (enam puluh) dikalikan Rp320.000,00 (tiga ratus dua puluh ribu rupiah).
(2) SMP/Sekolah Terintegrasi/SMP Satap

BOS sebesar 60 (enam puluh) dikalikan Rp400.000,00 (empat ratus ribu rupiah).
(3) SDLB/SMPLB/SMALB/SLB
BOS sebesar 60 (enam puluh) dikalikan Rp800.000,00 (delapan ratus ribu rupiah).
Tim BOS Provinsi dan Tim BOS Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya harus memastikan bahwa sekolah mencadangkan sepertiga dari BOS semester I (20% {dua puluh persen} dari alokasi satu tahun) di rekening sekolah untuk pembayaran buku teks utama yang harus dibeli sekolah. BOS yang dicadangkan ini baru boleh dicairkan apabila sekolah akan membayar pesanan buku teks utama yang diperlukan, atau sudah memenuhi kewajiban menyediakan buku.

Rangkuman singkat penulis susun demikian semoga bermanfaat bagi anda yang memeng sedang mencari informasi mengenai ini. Agar lebih jelasnya silahkan download Link JUKNIS BOS berikut ini :




Contoh PTK MI di Lombok


BAB  I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah rendahnya hasil belajar siswa.
Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan,ada yang melihatnya sebagai tidak terpenuhinya sesuatu kebutuhan seseorang,dan ada pula yang mengartikan sebagai sesuatu yang tidak mengenakkan.Prayitno (1985),memberikan batasan tentang masalah sebagai sesuatu yang (1) tidak disukai adanya; (2) menimbulkan kesulitan bagi diri dan orang lain; (3) dan adanya keinginan untuk menghilangkannya.Masalah dapat dialami oleh siapapun,termasuk siswa Sekolah Dasar.
Masalah yang dialami anak didik dapat bermacam-macam menurut corak dan ragamnya.Keragaman tersebut dapat pula dilihat dari intensitas dan kuantitas.Secara intensitas,masalah anak didik dapat bergerak dari masalah yang bersifat ringan sampai pada tingkat yang sedang yang berupa neorosis dan berat yang berupa psikosis.
Masalah yang dialami anak didik tidak timbul begitu saja,tetapi ada berbagai factor yang menyebabkan masalah tersebut.Bila guru mampu mengidentifikasi penyebab timbunya masalah yang dialami anak didik,maka ia akan mampu memberikan penangnan dan atau pencegahan sedini mungkin.Secara garis besar,factor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah yang dihadapi anak didik adalah faktor internal yaitu faktor dari dalam diri anak didik seperti keadaan fisik (keadaan indra persepsinya,perkembangan fisik dan kesehatan anak didik),keadaan psikologis (kurangnya kemampuan dasar,kurangnya pengalman,kurangnya perhatian disekolah,bakat tidak sesuai dengan lingkungan anak didik,tidak ada minat,sikap yang tidak sesuai dengan hati nurani dan tidak adanya kemauan),Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar anak didik seperti lingkungan keluarga (keadaan status ekonomi,perhatian orang tua,harapan orang tua,hubungan keluarga yang tidak harmonis),lingkungan sekolah (kondisi kurikulum,hubungan guru dengan siswa,hubungan antar siswa,iklim sekolah),lingkungan masyarakat.
Suatu konsep yang penting dalam psikologis Gestalt adalah tentang insight yaitu pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian dalam suatu situasi permasalahan. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan teori Gestalt, guru tidak memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan ajaran, tetapi selalu satu kesatuan yang utuh.
Menurut teori Gestalt perbuatan belajar itu tidak berlangsung seketika, tetapi berlangsung berproses kepada hal-hal yang esensial, sehingga aktivitas belajar itu akan menimbulkan makna yang berarti. Sebab itu dalam proses belajar, makin lama akan timbul suatu pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran yang dipelajari, manakala perhatian makin ditujukan kepada objek yang dipelajari itu telah mengerti dan dapat apa yang dicari.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah proses penelitian yang sistematis dan terencana melalui tindakan perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri (Mills,Geoffrey E,2000;Schmuck,Richard A,1997)
Guru yang professional tidak hanya dituntut untuk menguasai materi ajar atau mampu menyajikannya secara tepat,tetapi juga dituntut mampu melihat atau menilai kinerjanya sendiri.Kemampuan ini berkaitan dengan penelitian yang dalam konteks ini ruang lingkupnya berada seputar kelas yaitu penelitian di kelas sendiri (Wardani,dkk 2006-1)
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru adalah mendidik,mengajar dan melatih agar anak didiknya kelak menjadi manusia pandai,terampil dan berbudi luhur.Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut,guru seyogyanya menguasai kemampuan mengajarkan pengetahuan dan keterampilan hidup,mendidik agar menjadi manusia yang berakhlak dan melatih para anak didiknya agar mampu memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya bagi hidupnya kelak.
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru sebagai salah satu unsur pendidik agar mampu melaksanakan tugas profesionalnya adalah memahami bagaimana anak didik belajar dan mengorganisasikan proses pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak peserta didik serta memahami tentang bagaimana anak didik belajar.Untuk dapat memahami proses belajar yang terjadi pada diri anak didik guru perlu menguasai hakekat dan konsep dasar belajar.Dengan menguasai hakekat dan konsep dasar belajar diharapkan guru mampu menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran,karena fungsi utama pembelajaran adalah mempasilitasi tumbuh dan berkembangnya belajar dalam diri peserta didik (Winataputra,2007 : 4).
Wadah dan sarana yang paling strategis bagi kecerdasan kahidupan bangsa adalah pendidikan,utamanya melalui sistem persekolahan.Bagi bangsa kita,upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka mengakses dan mengimplementasikan tujuan nasional tersebut adalah menyelenggarakan sistem pendidikan nasional yang diatur oleh undang-undang.
Pendidikan bagi sebagian orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa, sebaliknya bagi Jean Piaget ( 1896 ) pendidikan berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu penciptaan dibatasi oleh pembandingan dengan penciptaan yang lain. Pandangan tersebut memberi makna bahwa pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Dalam arti sempit pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan umunya di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Ilmu disebut juga pedagogik, yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu ” Pedagogics ”. Pedagogics sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu ” pais ” yang artinya anak, dan ” again ” yang artinya membimbing. Poerbakwatja dan Harahap ( 1982 : 254 ) mengemukakan pedagogik mempunyai dua arti yaitu : (1) peraktek, cara sesorang mengajar; dan (2) ilmu pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dan metode mengajar, membimbing, dan mengawasi pelajaran yang disebut juga pendidikan.
Orang yang memberikan bimbingan kepada anak didik disebut pembimbing atau ” pedagog”, dalam perkembangannya, istilah pendidikan ( pedagogy ) berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan kepada anak oleh orang dewasa secara sadar dan bertanggung jawab. Dalam dunia pendidikan kemudian tumbuh konsep pendidikan seumur hidup ( lifelong education ), yang berarti pendidikan berlangsung sampai mati, yaitu pendidikan berlangsung seumur hidup dalam setiap saat selama ada pengaruh lingkungan. Untuk memberi pemahaman akan batasan pendidikan berikut ini dikemukakan sejumlah batasan pendidikan yang dikemukan para ahli yaitu :
(1)    Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991 ).
(2)  Dalam pengertian yang sempit pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan ( McLeod, 1989 ).
(3)  Pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup serta pendidikan dapat diartikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal ( Mudyahardjo, 2001:6 )
(4)  Dalam pengertian yang agak luas pendidikan diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan ( Muhibinsyah, 2003:10 )
(5)   Pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan ( seperti sekolah dan madrasah ) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya ( Dictionary of Psychology, 1972 ).
(6)   Dalam arti luas pendidikan melipuyi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, dan ketrampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah. Artinya pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya ( Poerbakawatja dan Harahap, 1981 ).
(7)    Menurut John Dewey pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir atau daya intelektual, maupun daya emosional atau perasaan yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya.
(8)   Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara ( UUSPN No. 20 Tahun 2003 ).
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,serta berakhlak mulia,sehat,berilmu,cakap,kreatif mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis  serta bertanggung jawab (Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003,tentang sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan Taman kanak-kanak merupakan bagian dari pendidikan nasional bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan pribadi anggota masyarakat,warga Negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik dan untuk mengikuti pendidikan dasar PP nomor 28 Tahun 1990 tentang pendidikan dasar.Tujuan pendidikan taman kanak-kanak tersebut,dijabarkan lagi ke dalam tujuan kurikuler (tujuan mata pelajaran) dan tujuan instruksional menempati posisi kunci yang strategis dalam menciptakan dan mengembangkan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan sehingga terjadi pembelajaran yang efektif dan bermakna untuk mengarahkan siswa agar mampu mencapai hasil yang optimal.
Pendidikan selalu dapat dibedakan menjadi teori dan praktek, teori pendidikan adalah pengetahuan tentang makna dan bagaimana soyogyanya pendidikan itu dilaksanakan, sedangkan praktek adalah tentang pelaksanaan pendidikan secara konkretnya. Teori pendidikan disusun seperti latar belakang yang hakiki dan sebagai rasional dari praktek pendidikan serta pada dasarnya bersifat direktif. Istilah direktif memberi makna bahwa pendidikan itu mengarah pada tujuan yang pada hakekatnya untuk mencapai kesejahteraan bagi subjek
Pada dasarnya ”mengajar” adalah membantu ( mencoba membantu ) seseorang untuk mempelajari sesuatu dan apa yang dibutuhkan dalam belajar itu tidak ada kontribusinya terhadap pendidikan orang yang belajar. Artinya mengajar pada hakekatnya suatu proses, yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga menumbuhkan dan mendorong siswa belajar.Hal ini akan dapat terwujud jika dilakukan melalui proses pengajaran dengan strategi pelaksanaan melalui :
  1. Bimbingan yaitu pemberian bantuan,arahan,motivasi,nasihat dan penyuluhan agar siswa mampu mengatasi,memecahkan dan menanggulangi masalahnya sendiri.
  2. Pengajaran yaitu bentuk kegiatan dimana terjalin hubungan interaksi dalam proses belajar dan mengajar antara tenaga kependidikan dengan peserta didik.
  3. Pelatihan yaitu sama dengan pengajaran khususnya untuk mengembangkan keterampilan tertentu.
Menurut Langford (1978) yang penting hubungan yang relevan bukanlah antara pengajaran dengan pendidikan tetapi antara pengajaran sebagai suatu profesi dengan pendidikan.
Indikator keberhasilan pembelajaran adalah tingkat penguasaan materi pelajaran oleh anak didik yang lazimnya dinyatakan dengan nilai.Mengacu pada konsep tersebut,maka dapat dikatakan bahwa hasil kegiatan pembelajaran di kelas tempat saya mengajar kurang berhasil,ditandai rendahnya hasil belajar anak didik atau tingkat pemahaman anak didik pada tema dan sub tema.Hal ini terbukti dari 33 orang siswa 14 orang siswa mencapai tingkat pemahaman 70 % ke atas.
 Gejala yang demikian,tentu saja tidak boleh dibiarkan terus menerus terjadi.Saya menyadari bahwa sebagai seorang guru yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk membimbing dan mengarahkan siswa agar dapat menguasai materi pelajaran secara optimal,merasa terpanggil dan berkewajiban untuk berbuat dan bertindak mengatasi masalah tersebut dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai suatu system kegiatan untuk mencari dan menemukan solusi yang tepat dalam rangka memperbaiki pembelajaran,sehingga penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dapat ditingkatkan.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas,maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut : Bagaimana caranya meningkatkan pemahaman anak didik RA Darussyafiiyah NW Peseng melalui penerapan model pembelajaran belajar sambil bermain

C.      Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan anak didik RA darussyafiiyah NW Peseng ini adalah untuk peningkatan pemahaman anak didik pada tema diri sendiri.

D.      Manfaat Penelitian
a.                 Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi guru
1.    Untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang dikelolanya.
2.    Guru dapat berkembang secara professional karena dapat menunjukkan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
3.    Guru semakin percaya diri
4.    Guru dapat berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.

b.                Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi siswa.
1.    Memperbaiki sasaran akhir belajar siswa (Raka Joni,Kardiawarman,dan Hadisubroto,1998).
2.    Meningkatkan hasil belajar siswa.
3.    PTK dapat menjadi model bagi siswa.



c.                 Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi sekolah.
1.    Melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat meningkatkan hubungan erat  perkembangan sekolah dengan perkembangan kemampuan guru.
2.    Sekolah yang para gurunya sudah mampu membuat perubahan atau perbaikan mempunyai kesempatan untuk menanggulangi berbagai masalah belajar siswa,perbaikan kesalahan konsep,serta penanggulangan berbagai kesulitan mengajar yang dialami oleh guru.
3.    Penelitian tindakan Kelas (PTK) memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah,yang tercermin dari peningkatan kemampuan professional para guru,perbaikan proses dan hasil belajar siswa,serta kondusifnya iklim pendidikan di sekolah tersebut.























BAB  II
KAJIAN PUSTAKA
Ada berbagai prinsip belajar yang dikemukan oleh para ahli psikologi pendidikan terjadi dan diikuti dengan keadaan memuaskan maka hubungan itu diperkuat, Spread of effect yaitu emosional yang mengiringi kepuasan itu tidak terbatas kepada sumber utama pemberi kepuasan tetapi kepuasan mendapat pengetahuan baru, law of exercice yaitu hubungan antara perangsang dan reaksi diperkuat dengan latihan dan penguasaan, dan law of primacy yaitu hasil belajar yang diperoleh melalui kesan pertama akan sulit digoyahkan.
Beberapa prinsip atau kaidah dalam proses pembelajaran sebagai hasil eksperimen para ahli psikologi yang berlaku secara yaitu : motivasi, pembentukan, kemajuan dan keberhasilan proses belajar mengajar, feedback, response, trial and error , transfer dalam belajar dapat bersifat positif atau negatif dan proses belajar yang bersifat individual.
Berdasarkan pandangannya itu,Gagne mendifinisikan pengertian belajar secara formal bahwa belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulus dari lingkungan menjadi beberapa tahap pengolahan informasi yang diperlukan untuk memperoleh kapasitas yang baru (Margaret G.Bell.117-129).
Kapasitas seseorang untuk belajar memungkinkan diperoleh sebagai pola tingkah laku yang hamper mirip.Berdasarkan pandangannya tentang belajar ini Gagne menemukan bahwa ada lima ragam belajar yang terjadi pada manusia,yaitu informasi verbal,keterampilan intelek,keterampilan motorik,sikap,dan siasat kognitif.
            Informasi verbal adalah kapabilitas yang dinyatakan dengan kategori memperoleh label atau nama-nama,fakta,dan bidang pengetahuan yang sudah tersusun.Kegiatan dalam mengetahui kapabilitas informasi verbal dilakukan dengan mengatakan,member nama lain yang hamper sama,membuat ikhtisar dari informasi yang telah dipelajari.
            Keterampilan intelek adalah kapabilitas yang berupa keterampilan yang membuat seseorang mampu dan berguna di masyarakat.Keterampilan intelek berhubungan dengan pendidikan formal dari mulai tingkat taman kanak-kanak dan seterusnya.Keterampilan intelek ini terdiri atas empat keterampilan yang bersifat sederhana.Ciri umum keterampilan ini adalah membutuhkan prasuarat untuk mengembangkan kemulusan/kehalusan bertindak dan pengaturan waktu.Keterampilan ini bila sering diperaktekan akan bertambah sempurna.Untuk itu,dalam mengajarkannya perlu banyak pengulangan atau latihan-latihan disertai umpan balik dari lingkungan.
            Sikap adalah kapabilitas yang mempengaruhi pilihan tentang tindakan mana yang perlu diambil.Ciri kapabilitas ini adalah tidak menentukan tindakan khusus apa yang perlu diambil.Belajar memperoleh sikap didasarkan pada informasi tentang tindakan apa yang perlu dilakukan dan apa akibatnya.
            Siasat kognitif adalah kapabilitas yang mengatur bagaimana siswa mengelola belajarnya,seperti mengingat atau berpikir dalam rangka mengendalikan sesuatu untuk mengatur suatu tindakan.Hal ini mempengaruhi perhatian siswa dan informasi yang tersimpan dalam ingatannya.Kapasitas ini mempengaruhi siasat siswa dalam rangka menemukan kembali hal-hal yang telah tersimpan.Siasat kognitif ini suatu proses inferensi atau induksi di mana seseorang mengingat objek-objek dan kejadian-kejadian dalam rangka memperoleh suatu kejelasan mengenai suatu gejala tertentu untuk menghasilkan induksi.Siasat kognitif sama dengan proses berpikir siswa sendiri.
            Kelima ragam belajar ini diperoleh dengan cara yang berlainan,yaitu masing-masing memerlukan keterampilan prasyarat yang berbeda dan perangkat langkat proses kognitif yang berbeda pula yang disebut kondisi belajar internal.
            Ada dua prasyarat yang mendukung terjadinya lima ragam belajar,yang prasyarat esensial dan prasyarat pendukung.Prasyarat esensial adalah kabilitas khusus yang merupakan bagian terpadu,dan prasyarat pendukung adalah kapabilitas-kapabilitas yang memperlancar proses belajar.
Agar peserta didik dapat berhasil belajar diperlukan persyaratan sebagai berikut : kemampuan berpikir yang tinggi bagi para siswa, menimbulkan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran, bakat dan minat yang khusus, menguasai bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk meneruskan pelajaran, menguasai salah satu bahasa, stabilitas psikis, kesehatan jasmani, kehidupan ekonomi yang memadai, menguasai teknik belajar disekolah dan diluar sekolah.
a.         Memberitahukan tujuan pembelajaran pada anak didik.Agar anak didik mempunyai  pengharapan dan tujuan selama belajar maka kepada anak didik perlu dijelaskan tujuan apa saja yang akan dicapai selama pembelajaran,manfaat materi yang akan dipelajarai siswa,dan tugas-tugas yang harus diselesaikan selama pembelajaran.
b.        Merangsang ingatan pada materi prasyarat.Bila siswa telah memiliki perhatian dan pengharapan yang baik pada pelajaran,guru perlu mengingatkan siswa pada materi apa saja yang telah dikuasai sehubungan dengan materi yang akan diajarkan.
c.         Menyajikan bahan perangsang.Peristiwa pembelajaran keempat adalah menyajikan bahan kepada siswa berupa pokok-pokok materi yang penting yang bersifat kunci.
d.        Memberi bimbingan belajar.Bimbingan belajar diberikan dengan tujuan untuk membantu siswa agar mudah mencapai tujuan pembelajaran atau kemampuan-kemampuan yang harus dicapainya pada akhir pembelajaran.
e.         Penampilan unjuk kerja.Untuk mengetahui apakah siswa telah mencapai kemampuan yang diharapkan,mintalah mereka untuk menampilkan kemampuannya dalam bentuk tindakan yang dapat diamati oleh guru.
f.         Memberi umpan balik.Memberi umpan balik merupakan fase belajar yang terpenting.
g.        Menilai unjuk kerja.Merupakan peristiwa pembelajaran yang bertujuan untuk menilai apakah siswa sudah mencapai tujuan atau belum.
h.        Meningkatkan retensi.Peristiwa pembelajaran terakhir yang harus dilakukan guru adalah upaya untuk meningkatkan retensi dan alih belajar.Guru perlu memberikan latihan-latihan dalam berbagai situasi agar siswa dapat mengulangi dan menggunakan pengetahuan barunya kapan saja jika diperlukan.
Menurut Gagne,yang terpenting dalam pembelajaran adalah menciptakan suatu kondisi pembelajaran (eksternal) yang dirancang untuk mendukung terjadinya proses belajar yang bersifat internal.
Menurut pendapat Carl R. Rogers (Ahli Psikoterapi) praktek pendidikan menitikberatkan pada segi pengajaran, bukan pada siswa yang belajar. Praktek tersebut ditandai oleh peran guru yang dominan dan siswa hanya menghafalkan pelajaran.
Langkah-langkah dan sasaran pembelajaran yang perlu dilakukan oleh guru menurut Rogers adalah meliputi : guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar secara terstruktur, guru dan siswa membuat kontrak belajar, guru menggunakan metode inquiri atau belajar menemukan (discovery learning), guru menggunakan metode simulasi, guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan berpartisipasi dengan kelompok lain, guru bertindak sebagai fasilitator belajar dan sebaiknya guru menggunakan pengajaran berprogram agar tercipta peluang bagi siswa untuk timbulnya kreatifitas dalam belajar (Dimyati dan Mudjiono, 1999:17).
Jadi dapat ditegaskan belajar menurut Carl R. Rogers adalah untuk membimbing anak kearah kebebasan dan kemerdekaan, mengetahui apa yang baik dan yang buruk, dapat melakukan pilihan tentang apa yang dilakukannya dengan penuh tanggung jawab sebagai hasil belajar. Kebebasan itu hanya dapat di pelajari dengan memberi anak didik kebebasan sejak mulanya sejauh ia dapat memikulnya sendiri, hal ini dilakukan dalam konteks belajar.
Dalam melakukan intraksi belajar mengajar,penggunaan suatu metode mengajar mutlak diperlukan sebab metode merupakan salah satu unsur penting dalam proses pengajaran yang dilakukan baik di sekolah maupun di luar sekolah.Dalam melakukan pembelajaran baik dengan model,pendekatan,strategi maupun lainnya sudah barang tentu memiliki kelebihan dan kelemahan.
Banyak ahli member definisi  tentang penelitian tindakan kelas (PTK).Berikut ini akan disajikan beberapa definisi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dikemukakan oleh para ahli :
1.        Standford (1970) mendefinisikan Penelitian Tindakan Kelas adalah analysis,fact finding,conceptualization,planning,execution,more fact finding or evalution,and then refetition of this whole circle of activities,indeed,a spiral of such circles.
2.        Tim Proyek PGSM (1999) mendefinisikan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas,memperdalam pemahaman terhadap tindakan –tindakan yang dilakukan itu,serta memperbaiki kondisi di mana praktek pembelajaran tersebut dilakukan.
3.        Mukhlis,Abdul dan Nur,Muhamad,(2001) mendefinisikan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)  adalah action research is a from of self reflective inquiry undertaken by participant in a social (including educational) situation inorder to improve the rationality and justice of (a) their own social or educational practice,(b) their understanding of these practices,and (c) the situations in which practices are carried out (Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelaahan atau iquiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi social termasuk pendidikan) untuk memperbaiki  rasionalitas dan kebenaran dari (a) praktikpraktik social atau kependidikan yang mereka lakukan sendiri,(b) pemahaman mereka terhadap praktek-praktek tersebut,(c) situasi di tempat praktek itu dilaksanakan.
4.        Mills,(2003) mendefinisikan Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut : Any syistematic inquiry conducted by techer researchers,to gather information abaut how their particular schools aperate,how theyteach,and how well their students learn.
5.        Rapoport,(1991) mendefinisikan Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut : Action research aims to contribute both to the practical concerns of people in an immediate problematic situation and to the goals of social science (including education) by joint collaboration within a mually acceptable ethical framework.(Banilaio,2008).














BAB  III
PELAKSANAAN PERBAIKAN

A.      Subjek Penelitian
a.                                       Lokasi
Adapun yang menjadi lokasi subjek penelitian adalah MI NW Lingkok Telu Desa Jenggik Utara Kecamatan Montong Gading Kabupaten Lombok Timur.

b.                                      Waktu
Waktu penelitian mulai pada bulan September sampai dengan bulan Nopember 2010.Sedangkan pelaksanaan siklus I  tanggal 18 Oktober 2010 dan siklus II dilaksanakan tanggal 23 Oktober 2010.

c.                                       Mata Pelajaran
a.         Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia  merupakan mata pelajaran yang memiliki fungsi strategis bagi siswa Sekolah Dasar dalam perkembangan belajarnya karena melalui mata pelajaran ini ditanamkan tiga kemampuan dasar sebagai kemampuan minimal yang mesti dikuasai oleh setiap siswa Sekolah Dasar yaitu kemampuan membaca,menulis dan berbicara.
Mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup bahan pelajaran yang mengembangkan kemampuan dan keterampilan dasar penggunaan bahasa yang meliputi mendengarkan,berbicara atau bercerita,membaca dan menulis atau mengarang.
Kemampuan dan ketermpilan dasar sebagaimana yang dipersyaratkan dalam pelajaran bahasa Indonesia  tersebut akan dapat dicapai oleh siswa apabila seorang guru memiliki kemampuan merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang efektif,kreatif dan dinamis.
b.         Ilmu Pengetahuan Alam
Mata pelajaran IPA berisi bahan pelajaran yang menekankan agar siswa mengenal,memahami alam semesta dalam kaitannya dengan praktek kehidupan sehari-hari (Kurikulum Pendidikan Dasar 1994).Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan berfungsi untuk memberikan pengetahuan tentang lingkungan alam,mengembangkan keterampilan,wawasan dan kesadaran teknologi dalam kaitan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam lebih bersifat member pengetahuan melalui pengamatan terhadap berbagai jenis dan perangai lingkungan alam serta lingkungan buatan.Pada perinsipnya Ilmu Pengetahuan Alam di SD membekali siswa dengan kemampuan berbagai cara mengetahui dan suatu cara mengerjakan yang dapat membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara mendalam.(Kurikulum 2004)
d.                                      Kelas
Kelas yang menjadi objek penelitian adalah kelas V yang terdiri dari 24 orang yang memiliki karakteristik yang heterogen atau beragam,terutama dari segi intelegensi dan sosio cultural dan komunikasi.

e.                                       Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa merupakan hal yang pertama kali yang perlu diperhatikan karena kegiatan pembelajaran pada intinya ditujukan untuk membelajarkan siswa.Dalam merancang kegiatan pembelajaran,guru harus mengetahui terlebih dahulu pengetahuan awal siswa.Pemahaman terhadap pengetahuan awal ini merupakan titik awal bagi guru untuk merancang kegiatan pembelajaran,baik yang menyangkut tujuan,materi,metode,dan evaluasinya.Untuk mengetahuinya dapat dilakukan dengan mempelajari ketercapaian tujuan pada kegiatan pembelajaran sebelumnya atau dengan mengevaluasi hasil belajar siswa.Hal lain yang terkait dengan siswa adalah jumlah siswa dalam suatu kelas.Ini juga penting karena akan terkait dengan strategi dan metode pembelajaran yang akan digunakan termasuk penggunaan sarana penunjang pembelajaran.
Menurut Dick & Carey (1990),karakteristik siswa yang harus diidentifikasi guru adalah tingkat kemampuan,pengalaman sebelumnya,minat,motivasi,dan harapan terhadap pembelajaran.Dengan memperhatikan karakteristik siswa yang kita hadapi,kita akan dapat merancang kegiatan pembelajaran yang sesuai bagi mereka sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dpat dikuasai dengan optimal.Kemampuan awal dan karakteristik siswa dapat digunakan guru sebagai jembatan untuk menguasai kemampuan baru.
Rencana pembelajaran yang disusun haruslah dibuat sesuai dengan tujuan serta kebutuhan siswa.Materi pelajaran yang diberikan harus sesuai dengan tuntutan dan dalam rangka memenuhi kebutuhan siswa,perkembangan siswa,mengandung norma yang positif,serta memperhatikan minat dan perhatian siswa.Selain kaitan dengan hal tersebut,pada intinya rencana pembelajaran yang dibuat harus ditujukan untuk memenuhi kebutuhan siswa atau dengan kata lain harus chil centered atau terpusat pada siswa.Dengan demikian,segala sesuatu yang direncanakan dan dirumuskan sepenuhnya ditujukan agar siswa belajar.Proses pembelajaran siswa tersebut haruslah direncanakan sesuai dengan tujuan dari pembeljaran itu sendiri,yang berorientasi pada tujuan.
Dalam kegiatan pembelajaran,guru harus selalu peka terhadap perubahan kebutuhan siswa.Oleh karena itu,guru bias menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran agar siswa tidak menjadi bosan.Penting diperhatikan bahwa mengajak dan menjaga agar siswa tetap belajar adalah tugas guru dalam rangka menjaga semangat elajar.Siswa dapat diajak bersama-sama memikirkan dan melakukan proses pembelajaran yang telah direncanakan guru.Oleh karena itu,penting pula bagi guru untuk mengetahui keadaan awal para siswa.
Dalam menerapkan karakteristik belajar anak SD dalam proses pembelajaran di sekolah,sekurang-kurangnya ada dua tahapan yang harus dilakukan guru yaitu membuat perencanaan pengajaran dan melaksanakan pengajaran.Dalam merencanakan pengajaran,tujuan pengajaran hendaknya merupakan titik tolak awal dalam mengembangkan materi yang akan diajarkan yang kemudia dipertimbangkan berdasarkan waktu,metode,dan sarana yang diperlukan.Tujuan pengajaran pada dasarnya adalah berupa perubahan perilaku anak yang diharapkan akan terwujud setelah melalui proses belajar-mengajar.Faktor kondisi anak juga harus merupakan pertimbangan utama.Peristiwa pengajaran pada dasarnya merupakan rangsangan bagi anak untuk melakukan kegiatan belajar.Kegiatan ini berlangsung dalam suatu proses mengikuti tahapan-tahapan tertentu,dengan hasil belajar tertentu,dan berlangsung dalam kondisi tertentu pula.
Berikut akan dikemukakan urutan delapan langkah pokok peristiwa pengajaran berdasarkan tahapan dan kondisi proses belajar.
a.       Membangkitkan motivasi.
Motivasi merupakan kondisi internal sebagai pendorong pada diri anak untuk melakukan kegiatan belajar.Motivasi akan menentukan arah dan intensitas (kekuatan) perilaku dalam kegiatan belajar.Dengan motivasi yang kuat anak akan lebih terarah dan lebih kuat tindakan belajarnya.Oleh karena itu,membangkitkan motif anak merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh guru agar anak memiliki kesiapan dalam melakukan kegiatan belajar.Banyak cara yang dapat dilakukan guru dalam membangkitkan motif anak,antara lain dengan mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan perhatian anak.
b.      Menyampaikan Tujuan Pembelajaran.
Sebagai cara lain untuk membangkitkan motivasi anak dalam belajar adalah dengan menjelaskan tujuan pengajaran yang berupa kemampuan yang diharapkan dapat dicapai oleh anak.
c.       Mengarahkan Perhatian
Langkah selanjutnya dalam pengajaran adalah mengarahkan perhatian anak kepada rangsangan yang menjadi bagian dari materi dan kegiatan belajar.Perhatian merupakan peningkatan aktivitas arah perilaku dalam menghadapi suatu rangsangan tertentu.Dalam kegiatan ini mempunyai peranan yang penting untuk mengarahkan tindakan-tindakan kegiatan belajar.Dengan perhatian yang tinggi anak akan dapat mewujudkan perilaku belajar secara lebih efektif.
d.      Merangsang Ingatan.
Dalam kegiatan pengajaran sering diperlukan macam situasi tertentu sebelum memulai kegiatan belajar baru.Situasi tertentu ini adalah menampilkan kembali hasil belajar yang telah dicapai pada kegiatan belajar sebelumnya sebagai pengantar kepada kegiatan belajar yang akan dihadapi.
e.       Memberikan bimbingan dalam belajar.
Tahapan selanjutnya dalam kegiatan pengajaran adalah anak memulai melaksanakan tugas-tugas kegiatan belajar.Dalam langkah ini sudah pasti setiap anak akan memilikipenampilan yang berbeda satu dengan yang lainya.Ada anak yang cepat dalam belajar,ada anak yang lambat,ada anak yang sukar mengikuti petunjuk guru,atau ada anak yang sudah mengenal lebih dahulu.Dalam situasi seperti ini peranan guru dalam memperhatikan keadaan anak secara individual dan memberikan bantuan agar mereka dapat mengikuti kegiatan beljar sesuai dengan keadaan diri masing-masing.Mungkin ada anak yang memerlukan tambahan waktu belajar,atau ada anak yang memerlukan alat peraga tertentu,ada yang memerlukan penggunaan bahasa daerah agar lebih mudah mengerti.
f.       Meningkatkan daya ingat.
Hasil belajar yang telah dicapai anak akan disimpan dalam simpanan ingatan di dalam pusat kesadaran.Simpanan ingatan itu akan dimunculkan kembali pada saat-saat tertentu misalnya pada waktu menghadapi tugas-tugas belajar seperti ujian atau penggunaan dalam kehidupan sehari-hari.
g.      Mengebangkan pemindahan hasil belajar.
Hasil belajar yang telah diperoleh anak,selain disimpan dalam pusat kesadaran dalam bentuk memori,juga harus dapat diterapkan dalam situasi lain.Proses ini disebut transfer dalam belajar atau peruses pemindahan hasil belajar dalam situasi tertentu ke dalam situasi lain yang memiliki kesesuaian dengan hasil belajar.
h.      Memperoleh balikan
Urutan terakhir dalam langkah pengajaran adalah memperoleh balikan dari proses dan hasil belajar.Balikan adalah gambaran terhadap hasil dari proses belajar-mengajar yang berupa perubahan perilaku sesuai dengan tujuan.Anak harus mengetahui hasil belajar yang telah dilakukannya dan sebagai sumber motivasi bagi tindakan perilaku belajar selanjutnya.

B.       Deskripsi Per Siklus dan Refleksi
  1. Pelaksanaan Siklus  I
a.      Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan peneliti menyusun Rencana Pelaksanakan Pembelajaran (RPP),menyusun pedoman observasi,dan merancang tahapan tindakan yaitu tes awal,tes akhir siklus I.
Siklus I dilakukan pembelajaran Bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Alam. Setelah itu diadakan tes awal yang merupakan langkah pertama dalam kegiatan ini.Fungsi tes awal ini adalah untuk memperoleh informasi tentang kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam tujuan istruksional,sebelum mereka mengikuti pembelajaran yang telah disiapkan.Apabila siswa telah menguasai kemampuan yang tercantum dalam tujuan pembelajaran yang ingin dicapai mka hal itu tidak perlu diberikan lagi oleh guru dlam program pembelajaran yang akan diberikan.Hal ini berfungsi sebagai uji coba pembelajaran Bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Alam di Kelas V MI NW Lingkok Telu pada materi “Membaca dan Memahami Puisi” Bahasa Indonesia sedangkan pada Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah “Konduktor dan Isolator Panas”.

b.                Tahap Tindakan atau Pelaksanaan
Berdasarkan tes yang diadakan pada setiap akhir pembelajaran (siklus I) dari dua mata pelajaran tersebut menunjukkan bahwa dari 24 orang,13 orang yang mencapai tingkat pemahaman 70% ke atas.
Pada waktu pelaksanaan tes awal yang fungsinya sebagai tes diagnosis,peneliti dibantu oleh seorang (observer) teman sejawat.Pengamatan teman sejawat ini dapat dijadikan sebagai refleksi dari pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dan dapat pula dijadikan sebagai data penyebab gagalnya siswa menyerap pembelajaran.

c.                 Tahap Pengamatan
Menurut teman sejawat ini,hasil yang diperoleh siswa pada Bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Alam masih rendah,antara lain disebabkan oleh :
a.    Untuk materi Bahasa Indonesia siswa tidak dapat menjawab dengan baik dan benar,karena contoh dan jawaban yang disediakan masih membingungkan siswa.Ini disebabkan juga oleh para siswa yang tidak serius dan kurang konsentrasi pada waktu mendengarka penjelasan guru dalam proses pembelajaran di kelas,disamping itu juga siswa umunya daya khayalnya masih terbatas.
b.    Untuk materi Ilmu Pengetahuan Alam “Konduktor dan Isolator Panas” siswa masih kurang paham sehingga tidak dapat menjawab dengan benar.Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan siswa tentang materi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),serta waktu proses pembelajaran,tidak variatif,termasuk media atau alat peraga yang tidak lengkap.
c.    Baik pada materi pembelajaran Bahasa Indonesia dan materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),proses pembelajarannya guru menerangkan terlalu cepat,monoton,tidak menggunakan pendekatan,strategi,dan metode yang variatif,sehingga murid cepat jenuh,perhatian siswa kurang terfokus,guru tidak memberikan siswa berlatih di depan papan tulis dan disebabkan juga oleh media atau alat praga yang tidak lengkap dipersiapkan.Akibatnya kecepatan pemahaman siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat terganggu pada proses pembelajaran.

        d.  Tahap Pengumpulan Data
                        Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian adalah metode tes dan observasi.Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut.
a.       Tes Awal
Kemampuan awal mengacu pada pengetahuan,sikap,dan keterampilan yang telah dikuasai siswa sebelum mengikuti pembelajaran.Tes awal dilakukan sebelum melakukan penerapan yang akan diterapkan oleh peneliti yaitu sebelum melakukan penerapan metode problem solving.Dengan mengetahui kemampuan awal siswa,guru dapat menentukan batas,mana yang perlu dan tidak perlu dibahas dalam pembelajaran.Adapun tujuan tes awal ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik sebelum melakukan penelitian dan sebagai tolok ukur untuk mengetahui pemahaman siswa dengan metode problem solving pada materi “Membaca dan Memahami Puisi” pada mata pelajaran Bahasa Indonesia “ Konduktor dan Isolator Panas “ pada IPA kelas V MI NW Lingkok Telu Desa Jenggik Utara Kabupaten Lombok Timur.
b.      Tes Akhir
Kalau tes awal diberikan sebelum siswa mengikuti pelajaran maka tes akhir diberikan setelah selesai mengikuti pembelajaran.Tes yang diberikan dalam tes akhir ini identik dengan yang diberikan pada tes awal.Tes akhir adalah tes yang dilakukan setelah pembelajaran dengan metode problem solvingAdapun pelaksanaan tes akhir dilakukan selama dua siklus,yaitu siklus I dan siklus II,dan dari hasil akhir ini akan terlihat pula perkembangan peningkatan pemahaman siswa pada setiap siklus.

e.   Metode Observasi 
   Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan gejala sistematika terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa,sehingga observasi berada bersama objek yang diselidiki atau diobservasi dilakukan secara langsung (Margono,2003 : 158).
      Observasi digunakan untuk mendapatkan data yang obyektif tentang proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung,baik menyangkut kegiatan peserta didik maupun pendidik.
      Teknik observasi terdiri atas sejumlah cara untuk memahami individu mengenai aspek-aspek yang bersifat perbuatan,misalnya kebiasaan belajar,tingkah laku di kelas,hubungan social,aktivitas dalam diskusi,ketepatan leksanakan suatu tugas dan sebagainya.Agar observasi dilakukan dengan baik maka terlebih dahulu harus disiapkan alat bantunya yaitu pedoman observasi.Pedoman observasi merupakan pedoman tertulis bagi pengamat atau guru yang berisikan rumusan tentang hal-hal sebagai berikut.(1) tujuan,sasaran,dan focus observasi (2)pengamat,waktu dan tempat pelaksanaan observasi (3) cara atau prosedur observasi serta pencatatan dan pengolahan data.

f.                                         Instrumen Pengumpulan Data
 Guna mendapatkan data yang sebanyak-banyaknya yang berkaitan dengan masalah penelitian diperlukan suatu alat pengumpul yang dikenal dengan instrument penelitian.Keberhasilan suatu penelitian banyak dipengaruhi oleh instrument yang digunakan,sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian atau masalah diperoleh peneliti melalui instrument.Jadi,dapat disimpulkan bahwa instrument penelitian merupakan alat yang sangat membantu peneliti dalam mengumpulkan data.

2.    Pelaksanaan Siklus II
Pada pelaksanaan siklus II ini,instrument yang digunakan sama seperti instrument yang digunakan pada siklus I.Pada siklus II ini,dibuat rencana perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas V dengan materi “ Membaca dan Memahami Puisi”.
a.    Pada kegiatan awal,guru mengadakan apersepsi memotivasi siswa dengan menjelaskan pentingnya membaca.
b.    Guru memfokuskan pembelajaran tentang “membaca” kemudian pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan dapat dijawab dengan tepat.
c.    Memberi latihan dan tugas rumah
d.   Tugas akhir,guru menyimpulkan pelajaran serta mengadakan evaluasi dan tindak lanjut.
Begitu pula pada hari yang lain pada siklus II dibuat rencana perbaikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan materi “Konduktor dan Isolator Panas” :
a.    Pada kegiatan awal,guru melakukan apersepsi dengan menampilkan gambar eraga,dengan diikuti Tanya jawab tentang konduktor dan isolator panas.
b.    Pada kegiatan inti,guru memfokuskan kegiatan belajar pada pengertian konduktor dan isolator panas pada alat peraga.
c.    Beberapa siswa ditugaskan ke depan untuk menyelesaikan soal,secara bergiliran dengan bimbingan guru.
d.   Siswa yang lain mengamati hasil beberapa temannya yang lain,kemudian member komentar apakah pekerjaan temannya itu slah atau benar dengan memberikan alas an-alasan yang masuk akal.
e.    Pada kegiatan akhir,guru menyimpulkan materi pelajaran,evaluasi dan tindak lanjut dengan memberikan tugas rumah dan belajar kelompok.
Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada materi mata pelajaran Bahasa Indonesia dan pada materi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),saya meminta teman sejawat mengobservasi kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan terutama mencermati dan memberikan penekanan pada fokus perbaikan pembelajaran seperti :
a.       Langkah-langkah yang ditempuh dalam perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia pada kelas V adalah sebagai berikut :
1.    Memotivasi siswa agar lebih serius dan bergairah mengikuti pelajaran.
2.    Membimbing siswa untuk lebih memahami  membaca.
3.    Memberi latihan yang lebih intensif.
4.    Menyimpulkan,merangkum pelajaran bersama siswa.
5.    Mengadakan evaluasi untuk mengukur tingkat ketuntasan belajar siswa.
6.    Memberikan latihan dan tugas rumah dan belajar kelompok.
b.      Langkah-langkah yang ditempuh dalam perbaikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada kelas V adalah sebagai berikut :
1.      Guru membuka pelajaran dengan memberikan motivasi,mengatur suasana dan mengadakan apersepsi dengan beberapa pertanyaan untuk menggali pengetahuan siswa.
2.      Guru menjelaskan materi secara klasikal dengan diawali dengan pengertian konduktor dan isolator dalam kehidupan sehari-hari.
3.      Siswa menyelesaikan soal secara bersama-sama atas bimbingan guru,guru menyuruh siswa secara bergiliran untuk menyelesaikan soal di papan tulis,sedangkan murid yang lain member komentar atas jawaban temannya.
4.      Guru bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran
5.      Mengadakan evaluasi
6.      Mengadakan tindak lanjut dengan tugas rumah.
Sesuai dengan focus permasalahan yang dialami oleh siswa maka kegiatan khusus yang menjadi inti perhatian dalam perbaikan pembelajaran adalah siswa mengetahui enda-benda termasuk konduktor dan isolator,melakukan percobaan untuk membuktikan benda-benda itu itu termasuk konduktor dan isolator.
Observasi tindakan pada siklus II ini memperlihatkan terjadinya banyak perubahan yang positif terutama dalam proses pembelajaran.
Guru membuat catatan pelajara,rencana pelajaran,membuka pelajaran,menjelaskan tujuan pembelajaran,membuat skenario pembelajaran,memberikan penekanan terhadap materi pelajaran,dengan menerapkan pembelajaran Robert Gagne dalam pembelajaran,melakukan pola intraksi yang bervariasi,memberikan tugas latihan dan mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS).
Pada siswa bergairah mengikuti pelajaran,umpan balik terjadi,aktif saling memberikan tanggapan,kegiatan belajar mengajar berjalan lancer,jumlah siswa kebingungan dapat diperkecil dan siswa tidak takut dan malu engajukan pertanyaan pada gurunya.
Refleksi,berdasarkan observasi dalam pelaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II diperoleh data sebagai berikut :
a.       Secara umum ketuntasan belajar siswa kelas V MI NW Lingkok Telu pada materi pembelajaran Bahasa Indonesia “Membaca dan Memahami Puisi” dan materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam “Konduktor dan Isolator Panas” menunjukkan peningkatan.
b.      Skenario pembelajaran sudah lebih baik.
c.       Siswa diberi motivasi sehingga konsentrasi mengikuti pelajaran dan bebas mengajukan pertanyaan.
d.      Penyajian materi dengan menerapkan model pembelajaran Robert Gagne,serta menggunakan pendekatan strategi dan metode yang bervariasi ternyata lebih meningkatkan pemahaman siswa pada materi pembelajaran Bahasa Indonesia dan materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada kelas V MI NW Lingkok Telu Montong Gading Lombok Timur.














BAB  IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.      Deskripsi Siklus I dan II
Pada bab IV ini akan disajikan data hasil pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V MI NW Lingkok Telu Kabupaten Lombok Timur.
Data perbaikan pembelajaran pada siklus I dan II akan ditampilkan dalam bentuk table sehingga nantinya akan terlihat hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru pada siklus II pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Data siklus I dan siklus II pada pembelajaran Bahasa Indonesia dan IPA

      No

Nama Siswa
Mata Pelajaran
Ket.
Bahasa Indonesia
IPA

Siklus I
Siklus  II
Siklus I
Siklus  II

1
Deni Ilasantri
5
7
4
7

2
Lilis Prananda
6
8
6
8

3
Saadatul Hatmi
6
7
4
7

4
Yuli Alpaini
8
1
8
1

5
Zuriyati
8
1
6
8

6
Masniah
5
6
6
8

7
Halimatussakdiah
10
1
6
6

8
Ernawati
9
1
8
10

9
M.Farizal
6
7
6
7

10
Indrawati
8
9
6
10

11
Riana
6
8
8
10

12
Hartati
8
1
9
8

13
Nopianti
6
7
6
9

14
Wirahadi
8
9
6
7

15
A.Sodikin
5
6
6
8

16
Doni Ramdani
4
6
8
6

17
M.Jaili
6
7
4
7

18
Zul Ihwan
6
8
6
1

19
Hizbul Badawi
7
8
9
7

20
Wisnu Putrajat
6
7
6
8

21
M.Fikri
6
7
7
7

22
M.Habib
6
8
6
8

23
Wawan Efendi
7
9
7
7

24
M.Rizwan
6
7
6
8

Jumlah 24 Siswa
Rata-rata
67
82
62
75



B.       Pembahasan Siklus
1.                Hasil Penelitian Siklus I
a.    Analisis
Dari hasil data yang didapat oleh observer,maka proses belajar mengajar yang telah dilakukan dapat dapat dianalisis : proses pembelajaran kurang lancer karena siswa kurang bersemangat dalam menerima pelajaran.Disamping itu juga,guru kurang memberikan arahan dan motivasi kepada siswa,serta guru tidak menggunakan pendekatan,strategi dan metode pembelajaran yang variatif.

b.    Sintetis
Pada siklus ini dari proses pembelajaran yang telah dilakukan mulai dari perencanaan sampai pada akhir kegiatan,ternyata belum dapat meningkatkan pemahaman siswa sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru.Hal ini disebabkan karena masih adanya kelemahan yang menjadi rintangan dalam mencapai peningkatan pemahaman siswa sehingga perlu dilakukan pembelajaran pada siklus II selanjutnya.

c.    Evaluasi
Berdasarkan hasil data,pada proses pembelajaran pada siklus I ini,memperlihatkan bahwa proses pembelajaran Bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memperlihatkan bahwa tingkat pemahaman siswa secara klasikal masih di bawah standar,yaitu dari 24 orang siswa,nilai rata-rata kelas 67,sedangkan pada materi IPA dari 24 orang siswa nilai rata-rata kelas 62,kurang dari nilai rata-rata standar 70 ke atas.


2.                Hasil Penelitian Siklus II
Hasil observasi proses pembelajaran pada siklus II menunjukkan hal-hal sebagai berikut :
a.    Siswa lebih aktif,hal ini disebabkan karena guru sudah banyak memberikan bimbingan dan pengayaan tambahan atau penjelasan.
b.    Siswa lebih cepat menerima materi pelajaran karena guru telah mencoba menerapkan model pembelajaran Robert Gagne,media atau alat peraga dipersiapkan,skenario pembelajaran telah dirancang dengan baik,pembelajaran menggunakan metode yang variatif.

Refleksi terdiri dari :
1.      Analisis
Setelah diadakan siklus II yang diikuti,dengan kelas yang dilakukan sesuai dengan perencanaan dan skenario pembelajaran,maka proses pembelajaran berjalan dengan baik dan sempur4na serta suasana kelas yang kondusif.

2.      Sintetis
Dari hasil analisis di atas maka dapat disimpulkan bahwa kelemahan-kelemahan dan kekurangan pada proses pembelajaran siklus I telah dapat diatasi dengan baik.Dengan kata lain perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia dan IPA pada kelas V MI NW Lingkok Telu telah berhasil meningkatkan pemahaman siswa.

3.      Evaluasi
Hasil evaluasi proses perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas V MI NW Lingkok Telu dengan penerapan model pembelajaran Robert Gagne membuktikan bahwa perubahan peningkatan pemahaman siswa pada materi Bahasa Indonesia yaitu rata-rata kelas 67,berubah menjadi 82. Sedangkan pada maeri IPA dari rata-rata kelas pada siklus I,62 berubah menjadi 75 pada siklus II



BAB  V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.      Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang telah dilakukan mengenai penerapan model pembelajaran Robert Gagne,untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas V pada materi pembelajaran Bahasa Indonesia dan IPA,maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.    Peningkatan pemahaman siswa kelas V MI NW Lingkok Telu dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dan pembelajaran Ilmu pengetahuan Alam (IPA) dengan penerapan model pembelajaran Robert Gagne,ternyata dapat meningkatkan pemahaman siswa pada kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia dan IPA.Hal ini terlihat dari perubahan nilai rata-rata kelas 67,pada siklus II menjadi 82.Sedangkan pada pembelajaran IPA siklus I 62 berubah menjadi 75 pada siklus II.
2.    Kreativitas dan pendekatan,strategi dan metode yang variatif dalam pembelajaran materi Bahasa Indonesia dan IPA sangat berperan dalam meningkatkan pemahaman siswa.
3.    Kegiatan pembelajaran yang bertahap sangat memungkinkan berhasilnya peningkatan pemahaman siswa.

B.       Saran
1.    Dalam upaya meningkatkan kinerja guru perlu sekali setiap guru melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada masing-masing sekolahnya.Hal ini bermanfaat bagi pembelajaran yang dikelolanya dan juga bagi siswanya.
2.    Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini,perlu dibaca oleh guru-guru yang lain.Hal ini penting karena dengan ikut membaca Penelitian Tindakan Kelas,guru yang lain sepertinya berhadapan dengan masalah sendiri.Dengan demikian,diharapkan para guru akan berkembang secara professional,mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
3.    Menggunakan pendekatan,strategi dan metode,serta mempersiapkan media atau alat peraga dlam kegiatan pembelajaran apapun sangat diperlukan oleh seorang guru agar tujuan pembelajarannya berhasil sesuai dengan harapan.
4.    Diharapkan kepada pendidik dalam melakukan proses belajar mengajar dapat menggunakan metode mengajar secara lebih efektif dan efisien.
5.    Pendidik dalam melakukan proses belajar mengajar agar dapat melakukan berbagai pendekatan dalam mengajar sehingga penguasaan materi pelajaran  oleh peserta didik dapat mengalami peningkatan yang jauh lebih baik dari sebelumnya.